Muhammad S.A.W. "Tiadalah Kami utus engkau (Muhammad), melainkan untuk seluruh umat manusia, membawa kabar gembira, dan memberi peringatan. Namun kebanyakan manusia tidak mengerti." (QS Saba` 28)
Kota Makkah, di jazirah Arab.
Tempat di mana Nabi Ibrahim as pernah membangun kembali sebuah bangunan dinamai Ka`bah. Setelah sekian ratus tahun, ajaran Ibrahim as di daerah ini mulai pupus. Kepercayaan akan Allâh digabungkan dengan kepercayaan berhala dan politheisme (yang menyebar di Eropa, Persia, hingga India).
Muhammad (saw) dilahirkan di kota Makkah, tahun 571M, kira-kira pada tanggal 12 Rabiul Awal atau 20 April, sebagai seorang yatim. Almarhum ayahnya bernama Abdullâh, sedangkan ibunya bernama Aminah. Pada usia 6 tahun, Muhammad (saw) menjadi yatim piatu ketika ibunya pun meninggal. Muhammad (saw) dipelihara oleh kakeknya, Abdul Muthalib, sampai kakeknya itu pun meninggal, kemudian Muhammad (saw) tinggal bersama pamannya, Abu Thalib.
Muhammad (saw) tumbuh sebagai pribadi dengan sifat kepemimpinan, cerdas, berdaya ingat kuat, rendah hati, lembut, serta jujur dan benar perkataannya, sehingga pernah digelari Al-Amin (yang dapat dipercaya). Pamannya mendidiknya menjadi pedagang yang cakap, berdagang ke negeri-negeri utara (Syams, sekarang Syuriah).
Pada usia 25 tahun, Muhammad (saw) menikah dengan Khadijah. Keluarga Muhammad (saw) adalah keluarga yang terpandang. Perekonomian maju karena perdagangan yang berhasil, dan pribadinya terkenal karena kelurusannya.
Pada usia 40 tahun, Muhammad (saw) menerima wahyu Allâh yang pertama, saat sedang berkhalwat di gua Hiro`. Wahyu yang pertama diterima adalah 5 ayat berikut yang diterima dengan perantaraan malaikat Jibril:
Bacalah dengan nama Rabb-mu yang menciptakan.
Dia menciptakan manusia dari gumpalan.
Bacalah; Dan Rabb-mu Maha Pemurah.
Dia mengajarkan dengan pena.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya.
(QS Al-`Alaq 96:1-5)
Kemudian Jibril menampakkan dirinya di seluruh ufuk. Muhammad (saw) pulang, terkejut, kedinginan. Khadijah menyelimutinya, menghiburnya. Beberapa saat kemudian, turunlah wahyu berikutnya:
Hai orang berselimut ! Bangun ! Dan sampaikan peringatan.
Dan Rabb-mu, agungkanlah.
Dan pakaianmu, sucikanlah.
Dan dosa-dosa, tinggalkanlah.
Jangan memberi untuk menerima lebih banyak.
Dan demi Rabb-mu, tabahlah !
(QS Al-Mudatsir 74:1-7)
Maka Muhammad (saw) pun mulai mengajarkan ajaran Islam kepada orang-orang disekitarnya. Ajaran tentang Allâh, bukan tuhan-tuhan dan berhala-berhala. Ajaran tentang kejujuran, bukan dusta dan kemunafikan. Namun di masyarakat saat itu, berhala yang 'nyata' masih menjadi simbol pemersatu, sehingga ajaran tentang Allâh yang tak berwujud, tak berkesetaraan, dipandang sebagai pengacau masyarakat.
Muhammad (saw) masih menunggu wahyu lebih lanjut. Namun hingga beberapa waktu kemudian, wahyu tidak datang lagi. Muhammad (saw) menjadi resah. Sekian waktu kemudian barulah diturunkan wahyu berikutnya:
Demi pagi yang cerah. Dan demi malam yang kelam.
Rabb-mu tidak pernah meninggalkanmu, dan tidak pula membencimu.
Akhir akan lebih baik daripada awal.
Dan Rabb-mu mengaruniaimu sehingga kamu ridha.
Bukankah Aku mendapatimu sebagai yatim, kemudian menuntunmu.
Bukankah Aku menemukanmu kebingungan, kemudian menunjukimu.
Bukankah Aku menemuimu kekurangan, kemudian mencukupimu.
Maka kepada yatim, jangan sewenang-wenang.
Kepada yang meminta, jangan mengusir.
Dan karunia Rabb-mu, sebarkanlah.
(QS Ad-Dhuha 93:1-11)
Muhammad (saw) mulai mengajarkan Islam kepada istrinya, Khadijah, kemudian kepada sepupunya, Ali b Abi Thalib, dan seorang bekas budak, Zaid b Haritsa. Berikutnya, turut Islam pula Abu Bakar b Abi Quhafa, sahabat Muhammad (saw). Abu Bakar mengajak pula Utsman b Affan, Abdurrahman b `Auf, Talha b `Ubaidillâh, Sa`d b Abi Waqqash, dan Zubair b Al-`Awwam. Berikutnya berislam juga beberapa penduduk Makkah lain. Penganut Islam disebut Muslim. Saat itu, umat Islam sudah mulai melakukan ibadah bersama, tetapi masih sembunyi-sembunyi. Iman diperkuat oleh wahyu-wahyu Allâh yang turun berikutnya, dan juga oleh akhlak Nabi Muhammad (saw). Namun mayoritas penduduk Makkah masih menentang ajaran baru ini.
Pertentangan dengan penduduk Makkah, berikutnya menghasilkan pengucilan terhadap muslim, siksaan-siksaan fisik hingga pembunuhan, boikot berkepanjangan, dan akhirnya juga rencana makar. Beberapa dari umat muslim terpaksa berpindah ke negeri-negeri lain. Namun sementara itu, ajaran Islam juga mulai menjejak ke kota-kota di sekitar Makkah.
Atas perintah Allâh, Rasulullâh (saw) memutuskan untuk memindahkan basis perjuangan sementara ke Yatsrib. Ini yang disebut peristiwa hijrah.
Di Yatsrib, Rasulullâh (saw) mengkonsolidasikan masyarakat majemuk multietnik multiagama, berdasar peraturan bersama. Peraturan itu kelak disebut Konstitusi Madinah. Madinah adalah nama yang kelak diberikan umat Islam bagi kota Yatsrib.
Beberapa pengikut Rasulullâh (saw) mulai mengusulkan dilakukannya perang. Namun Rasulullâh (saw) menolak. Memang kemudian akhirnya Rasulullâh (saw) melakukan peperangan. Namun peperangan yang dilakukan Rasulullâh (saw) selalu atas nama perintah Allâh, ditegakkannya peraturan dan perjanjian, serta dilaksanakannya kebebasan beragama.
Perang pertama dilakukan di Badr. Saat itu penguasa Makkah yang anti Islam bersiap menyerbu kekuatan muslim di Madinah, dan di saat yang bersamaan sebagian orang Yahudi di Madinah berkampanye untuk mengusir umat muslim. Titik perang antara kafir Makkah melawan muslim terjadi di Badr. Sukarelawan muslim berjumlah 313 orang menghadapi 1000 orang kafir Makkah. Namun atas pertolongan Allâh, perang ini dimenangkan umat muslim.
Perang berikutnya terjadi di bukit Uhud. Pada perang ini, kampanye Yahudi berhasil melemahkan kekuatan sebagian pasukan muslim. 700 sukarelawan muslim menghadapi 3000 orang kafir Makkah. Di akhir pertempuran, kaum kafir dapat mengalahkan umat muslim yang mulai tidak berdisiplin. Berikutnya terjadi beberapa kali peperangan. Pada perang Khandaq, kekuatan Yahudi bergabung dengan kafir Makkah. Perimbangan 2000 di pihak muslim melawan 10000 di pihak lawan. Namun pihak muslim menyusun strategi dengan membangun parit perlindungan. Perang ini dimenangkan pihak muslim.
Setelah jelas bahwa umat muslim kuat untuk bertahan, pada tahun ke-6 setelah hijrah, Rasulullâh (saw) melakukan kunjungan ke Makkah dengan 1400 umat muslim untuk melakukan ibadah umrah di Masjidil Haram. Reputasi umat Rasulullâh (saw) cukup bagi kafir Makkah untuk tidak melakukan adu senjata.
Alih-alih, mereka mengusulkan perjanjian damai. Dalam perjanjian di Hudaibiyah itu disebutkan bahwa umat muslim harus kembali ke Madinah, tetapi di tahun berikutnya, umat-umat muslim dapat masuk ke kota Makkah tanpa gangguan. Perjanjian itu juga menyebutkan bahwa dalam interaksi antara umat muslim dengan penduduk Makkah, umat muslim boleh membelot, tetapi penduduk Makkah tidak boleh membelot, sementara pihak-pihak di luar dapat melakukan persekutuan dengan umat muslim atau dengan penguasa Makkah tanpa masalah. Nampaknya merugikan bagi Islam. Namun bagaimanapun, inilah saat pertama kali penguasa Makkah mengakui eksistensi 'Islam' sebagai agama 'yang lain', dan bukan kelompok pemberontak semata. Maka kembalilah pasukan muslim ke Madinah.
Bagaimanapun kaum kafir tetap sadar bahwa interaksi antara umat muslim akan melemahkan agama penduduk Makkah. Hingga dua tahun setelah perjanjian itu, jumlah umat Islam telah berlipat ganda di seluruh jazirah Arab. Meluasnya pengaruh Islam juga telah menimbulkan beberapa insiden dengan penguasa Romawi di utara. Pada saat itu, penguasa Makkah melanggar perjanjian. Akibatnya, pada tahun berikutnya, Rasulullâh (saw) kembali menggelar pasukan ke Makkah. Dengan hanya insiden-insiden kecil, Makkah dapat dikuasai oleh umat muslim. Dan pada hari itu Rasulullâh (saw) langsung mengumumkan amnesti massal bagi musuh-musuhnya di Makkah, selama tidak melakukan perlawanan.
Interaksi tanpa paksaan antara agama yang benar dengan ajaran irasional akan mengembalikan fitrah manusia kepada kebenaran. Maka banyaklah warga Makkah yang masuk Islam, termasuk mereka yang tadinya memusuhi Islam dengan keras.
Rasulullâh (saw) menjadi tokoh yang penting. Namun demikian, ia tetap berlaku sebagai manusia yang sangat sederhana. Tidur hanya di atas tanah yang berlapis daun-daunan, di dalam gubuk yang sangat kecil. Namun ia tidak miskin. Pada waktu-waktu tertentu, Rasulullâh (saw) menyembelih ternak yang cukup mahal sebagai qurban, dan dagingnya dibagikan kepada kaum fakir miskin. Sahabatnya sering menangis melihat kesederhanaan Rasulullâh (saw). Tetapi kaum papa menghormati sikap hidupnya dan kedekatannya pada mereka.
Rasulullâh (saw) wafat pada 12 Rabiul Awal, 23 tahun setelah kerasulan. Namun hingga hari ini, namanya selalu disebut setiap umat muslim setiap hari. Sabdanya dibahas tuntas. Perilakunya ditiru umat muslim yang shalih. Bagi umat muslim, Rasulullâh, Muhammad saw, tidak pernah meninggalkan dunia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar